Menghijrakan “Niat” menjadi “Tekad”
Dia yang
dinanti, belum kunjung mendekat? Mungkin engkau baru sebatas niat, belum
bertekad. Coba bandingkan dua kalimat ini “Aku
berniat menikah” dengan “Aku
bertekad menikah”. Kalau dirasa-rasa, ada komitmen yang berbeda antara
kalimat pertama dengan kedua. Kalimat kedua punya komitmen yang kuat, karena
sudah bertekad. Kalimat kedua, baru sekadar niat.
Lalu yang
manakah dirimu sekarang? Kalau baru sekadar niat, mungkin itulah sebabnya Allah
SWT belum menjawab pintamu untuk segera dikirimkan jodoh. Walaupun antara tekad
dan niat itu saling berhubungan. Tekad berawal dari niat yang begitu kuat. Niat
yang teramat kuat, melahirkan tekad yang mendorongmu untuk segera berbuat.
Tapi tunggu
dulu, sebelum jauh engkau berniat dan bertekad, tanyakan dulu: Sudah benarkah
niat dan tekad untuk menikah? Jangan sampai niat dan tekad untuk menikah, belum
berdiri kokoh diatas pondasi keimanan. Jangan-jangan engkau ingin segera
menikah karena tak enak mendengar sindiran “Sudah usia segini, kok belum
nikah?” Atau niatmu menikah hanya karena tersinggung, soalnya teman sering
berkata, “Aktivis dakwah ko takut nikah. Katanya mau jihad (perang) nikah saja
takut. Apa kata dunia?” Pun niat nikah itu muncul karena tertantang, karena ada
akhwat (wanita) yang jadi rebutan. Bertekad menikahinya, biar nanti bisa dengan
bangga berkata, “Nih lihat aku, berhasil mendaat yang kalian perebutkan”
Ayo tanyakan
pada diri masing-masing. Adakah niat-niat seperti itu mengotori hatimu? Kalau
ada, mungkin tiu sebabnya Allah menangguhkan jodoh untukmu. Jangan dulu diberi
karena niatnya belumlah suci.
Niat yang
tidak bersih, juga pernah terjadi di masa Rasulullah. Saat hijrah terjadi,
peristiwa yang menyejarah menjadi penyaring antara yang istiqomah dengan yang
munafik. Ternyata masih ada lelaki penyusup, berhijrah bukan karena Allah.
Namun karena sebab di Madinah ada wanita yang diidam-idamkan. Lelaki itu
berhijrah, lelaki itu berhijrah karena berniat menikahi Ummu Qais.” Karena
tingkahnya itu, ia dijuluki “Muhajir Ummu Qais. Adakah Muhajir Ummu Qais di
abad-abad sekarang? Banyak
Tersebab
kelakuan Muhajir Ummu Qais ini, keluarlah dari lisan Rasulullah, “Ina a’malu
binniah…” sebuah hadits yang teramat mahsyur. Sering dikutip para ulama dalam
menulis berbagai karyanya. Pun kita, sering pula mengutipnya. Tapi hanya
diawalnya saja. Padahal haditsnya cukup panjang juga mengandung banyak makna.
“Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh, Umar
bin Khattab r.a, beliau berkata: “Aku pernah mendengar Rasulullah pernah
bersabda “Segala amal itu tergantung niatnya dan setiap orang hanya mendapatkan
sesuai niatnya. Dan barangsiapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasulnya, maka
hijrahnya itu untuk Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa berhijrah kepada
kesenangan dunia atau karena seorang wanita yang akan dikawininya, maka hijrah
itu kepada apa yang ditunjunya”
[HR. Bukhari-Muslim]
Indah sekali
hadits Rasulullah itu. Di akhirnya ada kalimat terbuka yang memberikan harapan,
bahwa niat itu bisa saja diperbaiki. Tidak ada kata terlanjur. Coba cermati
terjemahan haditsnya, Barangsiapa yang hijrah karena kesenangan dunia atau
karena seorang wanita yang akan dikawininya, maka hijrah itu kepada apa yang
ditujunya. Rasulullah tidak berkata “Barangsiapa yang hijrah karena kesenangan
dunia atau karena seorang wanita yang akan dikawininya, maka hijrah itu kepada
kesenangan dunia dan wanita yang akan dikawininya”
Jika di awala
niat menikah ingin mendapatkan pengakuan, tapi pertengahan jalan niat itu
berubah menjadi niat “menikah karena Allah” maka engkau akan mendapatkan apa
yang dituju sekarang, bukan yang lalu. Tidak ada kata terlambat untuk
memperbaharui dan memperbaiki niat. Dari niat yang suci itu, bangunlah tekad
yang membara, untuk segera mengakhiri kesendirian. Mencukupkan masa penantian,
tamatkanlah status bujang, karena Allah. Buukan yang lain.
18 comments
Nice share.. selama ini memang kita hanya tau hadist itu awalnya saja..
ReplyDeleteKuatkan tekad^^
Iya, selalu saja hanya potongannya, jika diungkapkan
Deletetekad yang kuat menghasilkan hasil yang hebat., nice post sob., :)
ReplyDeletesegala perbuatan dan usaha dengan tekad yang kuat tulus dan jelas akan mendapat hasil yang maksimal pula
ReplyDeleteSungguh pencerahan yang patut untuk diterapkan. Ah... ternyata aku perlu menata baik-baik niat dan tekad dalam diriku sebelum melangkah lebih jauh lagi.
ReplyDeletePaling suka sama paragraf terakhir... Menikah karena Allah. Benar kok, apapun niat kita jika ditujukan karena Allah pasti hasilnya jg baik. Begitupula soal menikah. Tapi niat saja tdk cukup. Hrs dilandasi tekat yg kuat dan usaha yg nyata ;)
ReplyDeletejadi ini garis besarnya tentang jodoh... tapi ngga menutup kmungkinan ini bisa dipake buat hal lain kaya karir dan pendidikan dan lain lain.. iya kan?
ReplyDeletekalo soal jodoh... gue dulu sering diceramahi gini sama kolot... "jodoh mah gampang... kamu kejar aja penciptanya.. baru nanti ciptaannya bakal nyamperin" kira2 gitu... dan ngga bermaksud sombong... it works!
gue baru tau sama hadist itu.. (haduh kemana aja ya)
dan hadis itu bener2 nge hit gue barusan.. serius. thank you ya
berat eut pembahasannya, bawa bawa jodoh haha
ReplyDeleteEmang bener sih, harus ada tekad dulu. Gimna Allah mau ngsih jodoh kalo kitanya kayak setengah setengah buat nikah
Ini pelajaran buat orang-orang yang mau menikah. Jangan menikah karena status yang didapati, tapi menikahlah karena Allah.
ReplyDeletekalo gue sih, bertekad masuk PTN. (Masih anak sekolah soalnya)...
Tapi ini bisa digunakan untuk sesuatu yang lain kan? Kalau saat ini belum niat menikah, gila aja kalau sudah niat menikah mau dikasih apa anak istri nanti.
ReplyDeleteSesungguhnya sesuatu yang diawali niat yang baik pasti akan baik kan hasilnya? Bener nggak?
Iya, ini bisa dipakai yang lain kok. Cuma karena ini kanal atau rubrik #Istana Cinta di blog ane. Jadi bahasnya ttg cinta. Agan bisa lihat artikel yg lain di label #Istana Cinta.
ReplyDeleteBedanya niat sama tekad. Iya juga ya. :)
ReplyDeletesebelumnya salam kenal ya, saya baru mampir ke blog ini nih...kalau mampir balik follow balik ya...
ReplyDeletekalau baca nih blog serasa ngaji aja...btw, elo anak rohis ya waktu sekolah atau elo itu santri? yang pasti dari beberapa tulisanmu memperlihatkan bahwa kamu aktivif dakwah. yang penting dakwah itu mengajak, bukan memaksa.
Walaupun dbilang masih lama untuk menikah, gw akan inget pesan ini. Lebih berkomitmen tekad daripada niat. Walaupun beberapa dari tekad berawal dari niat. Keren bor
ReplyDeleteSemoga yang sudah berniat menikah...dikuatkan tekad didalam hatinya dan dipertemukan dengan jodoh terbaik..�� aamiin
ReplyDeletetulisannya bermanfaat sekali
ReplyDeleteuntuk soal niat kayaknya saya belum punya niatan seperti it8u ataupun tekad kuat buat nikah. Karena emang merasa belum siap. Untuk sekarang memang gk terlalu peduli sih sama omongan orang yang nanya kapan mau nikah. entah kalau nanti.
ya semoga aja allah langsung yang ngasih jodoh jadi biar berkah juga nantinya
Wah kalo ngomongin nikah aku belom ada niat sob umur masih terlalu muda (menurutku) biarpun temen2 udh pada nikah aku masih seneng kek sekarang aja: belajar, tidur, makan ga mikir ngidupin anak orang...
ReplyDeleteterimakasih sharingya
ReplyDeletejadi ingin memperkuat tekad saya :)