.....Sebuah tumpukan kata, dari hambanya yang bernoda-
Aku hanyalah sebuah titik hitam kecil, yang terserak pada genangan dosa. Tinggal gelap pekat yang bersanding di ruang yang tak kusebut indah. Aku hanyalah abu yang tak pantas tertawa. Aku hanyalah debu yang tak layak diberi kasih. Perih!
Sajak-sajak perubahan, telah terukir di pangkal hati. Ditemani kepulan penyesalan yang tak kunjung habis. meratap kepedihan yang tak berputus. Namun tak hendak menitih jalan meretih. Karena ketiadaan-Nya dihatiku membuatku pilu.
Aku berlari mendahului bayang-bayang tubuhku, mengejar dimana cahaya itu kan berada. Hingga aku pun terjatuh ditelan kilau-Nya, "mempesona"
Tak ada yang lebih indah daripada jatuh hati kepada-Nya. Pada-Nya aku tenang, merekah rindu bagai pualam. Pada-Nya aku berpasrah, merotasi hati yang dibolak-balik. Pada-Nya aku rindu, menyapu sendu masa lalu hingga di sudut riak berdebu.
Kadang aku terlalu jauh mencari, namun melupa Zat yang paling dekat. Sampai nama-Nya menetap dengan indah di terik malam yang menyinari sepi. Teramat dekat. Karena cinta adalah caraku mendekat padaNya. Memantaskan diri dari segala kepantasan yang memang tak pantas.
Aku adalah setetes air yang dipercikan pada lautan. Yang melebur menjadi ranum, dalam sekap, pada hambar di ruang hampa. Aku mungkin asing, menghilang di telan diam. Bukan siapa-siapa, hanya merindu, menunggu mencari cahaya yang sempat aku kejar bersama bayang-bayang.
Kini aku tahu, perih-pilu dan bayang-bayang adalah caraku untuk mengenal-Nya. Sebab bersujud pada-Nya adalah hal yang kini kusebut cinta, dan rindu tak ubahnya penawar hati di kala hijrah.
(Jl. Muhajirin 'tempat orang-orang yang berhijrah', 6 November 2016)
-Di kala hujan yang mengingatkan dosaku