Bila Masih Harus Sendiri, Tapi tetap Produktif Berkarya

by - Wednesday, September 09, 2015




Apa kabar kawan? Masih berjumpa dan ngomongin seputar #Istana Cinta. Tempat dimana kita berbicara cinta. Sehingga nantinya kita bisa mencapai apa yang kita dambahkan. Yakni Cinta yang diridhai Ilahi. 
.
Bila gejolak hati masih bisa dibendung, lalu meyakini diri (Insya Allah) tidak terjerumus dalam jurang dosa dan memilih bertahan sejenak dalam kesendirian, tentu tidak mengapa. Sayapun sampai sekarang masih merasakan itu. Sendiri dalam sepi bukan berarti perbuatan tidak terpuji. Banyak orang
kita temui, dalam kesendiriannya justru bisa memanjat tebing iman. Takwanya semakin tinggi saja. Karyanya untuk umat, bertambah tambah tak terasa. Memilih untuk sendiri, karena berpikir masih banyak amalan lain yang mendesak untuk segera ditunaikan. Sama sekali tidak merasa hina dengan statusnya sebagai jomlo.
Mari kita berbincang mengenai status ini pada artikel saya kali ini. Dalam KBBI jomlo berarti gadis
tua . Itu berarti kita yang belum memasuki usia tua belum tepat dikatakan jomlo. Ini hanyalah sebuah kata yang sering dipakai pada bujang era gaul sekarang. Tapi kita harus menganggap diri kita ini Jomlo High Quality. Menjomlo bukan karena tak ada yang mau. Tapi menjomlo karena takut kepada Allah.
.
Bukankah menikah itu separuh agama? Benar. Banyak Sunnah Rasul yang tidak terlaksana bila bujang atau menjomlo. Menikah adalah separuh agama, artinya masih ada separuh yang lain, bukan? Jadi tidak perlulah terlalu risau bila masih berstatus jomlo. Malah terkadang saat terus-menerus memikirkan nikah, banyak amalan yang terabaikan. Pikirannya hanya dipenuhi dengan penantian, menghitung mundur saat hari ijab Kabul tiba. Analisisnya tentang problematika umat tumpul. Sebab bacaan yang dilahap, hanya seputar pernikahan melulu. Padahal dulu membacanya beragam tema. Mulai dari politik, ekonomi, teori konspirasi. Perbincangannya pun hanya soal cinta-nikah lalu kembali lagi
ke cinta, 

Begitu saja.
.
Banyak ulama fenomenal yang ternyata jomlo. Namanya tetap harus terekam sejarah, Sangat produktif dalam berkarya, sehingga mampu mencerahkan dunia. Merekalah contoh jomlo yang mulia, penuh prestasi, walau tidak sempat menikah tapi menjadi lentera peradaban.
.
Kita hadirkan seorang jomlo mulia. Namanya tak lagi asing bila disebut. Imam Ibnu Taimiyah. Tidak sempat menikah. Waktunya dihabiskan untuk berburu ilmu. Adalagi imam An-Nawawi. Tidak perlu kita sebut karya fenomenalnya, kitab Riyadhus Shalihin. Sebut saja karya Hadits Arbain. Terkesan sebuah karya singkat, berisi empat puluh hadits pilihan. Namun mampu menghentak dunia. Belum cukup? Ada juga Ibnu Jarir Ath-Thabari. Seorang ulama ahli tafsir dengan segudang ilmu. Beliau tidak sempat menikah. Sampai usia 80-an tahun sibuk mengejar-ngejar ilmu. Kalau dihitung-hitung sejak baligh sampai ia wafat, setiap harinya menulis 14 halaman kitab. Kalau beliau baligh dan wafat di umur 80 tahun, berarti ada waktu 65 tahun masa untuk berkarya dalam kesendiriannya.

Kalau sehari ada 14 halaman yang beliau tulis, selama 65 tahun ada kira-kira 332.150 halaman. Luar biasa, lalu dalam kejomloan kita hari ini, sudah berapa halaman ilmu yang kita tuangkan dalam tulisan. Untungnya ada sarana blog ini. Tempatku menuangkan berbagai ilmu yang saya dapatkan.
.
Ahmad bin Hambal juga melakukan hal serupa. Walau beliau tidak membujang seumur hidup. Ujung-ujungnya menikah juga. Walau menikah di
awal usia 40 tahun. Karena sesuai nazarnya, tak akan menikah sebelum menghafal satu juta hadits. Maka setelah hafalannya cukup, janjinya beliau tunaikan.
.
Jadi ulama-ulama dahulu tidak pernah risau dengan status bujangnya. Sendiri bukan alasan untuk bermalas diri dan menunda prestasi. Mereka menundah menikah, bahkan tidak menikah karena mengejar amalan lain yang tidak kalah penting.
.
Cinta adalah naluri. Dan naluri itu serupa dengan energi. Bisa berubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Bila energi itu tersalurkan pada setrika, ia akan menjadi panas. Kalau disalurkan pada lemari es, jadilah dingin yang membekukan. Sama dengan energi cinta. Bila diubah menjadi energi lain. Untuk yang gejolak cintanya sering meledak-ledak, sampai pada tegangan tingkat tinggi, perbanyaklah aktifitas. Banyak-banyaklah ibadah. Jangan tinggal menyepi sendiri. Imam Ibnu Taimiyah pernah ditanya, mengapa tidak menikah di usia yang demikian senja? Beliau menjawab, “Energiku telah terserap ke dalam kesibukanku untuk menuntut ilmu”
.
Ubahlah energi cinta dengan memperbanyak kesibukan amal. Orang yang gejolaknya cintanya lebih besar dari kesibukan amalannya, sangat beresiko terjerumus dalam dosa. Atau paling tidak terjangkit galau berkepanjangan. Masa jomlo adalah masa menanti dan berusaha. Menanti kapan
jodoh itu datang. Dan berusaha membenahi diri menjadi baik, agar mendapat yang baik. Selama masa penantian inijangan diam-diam saja. Coba lihat tingkah para pengangguran, sepertinya sehari dirasa begitu lama. Karena tidak punya kesibukan berarti. Beda perkara dengan pekerja giat. Pagi sudah bergegas, keluar bertebaran di muka bumi untuk mencari rejeki Allah. Tidak terasa, senjapun mulai tiba. Rasa-rasanya hari begitu singkat. Jadilah jomlo yang menanti jodoh dengan memperbanyak aktifitas. Saatsibuk-sibuknya berkarya untuk kemuliaan agama Allah, boleh jadi ia datang dari gerbang cinta yang tidak engkau sangka-sangka.
.
Allah mungkin belum memberikan pendamping untuk bersama membangun cinta, oleh sebab masih memberikan kesempatan untuk beramal. Mumpung masih sendiri, mumpung masih bebas mengembara, maka kelanailah bumi Allah untuk mencari rahmat-Nya. Pergilah, berjalanlah untuk menebar dakwah kemanapun engkau suka. Mumpung masih diri sendiri yang menjadi tanggungan (walaupun kelak bila sudah berpendamping, perjalanan akan semakin indah. Karena sudah punya teman
untuk berbagi). Selagi masih sendiri, ketika belum harus berbagi nafka, perbanyaklah infak di jalan Allah. Di tangan seorang muslim, apapun bisa menjadi indah. Termasuk statusnya sebagai bujang.
.
Bila masih harus sendiri, maka sendirilah. Kalau ditimbang-timbang, bujang masih menjadi pilihan terbaik, maka membujanglah dulu, untuk sejenak waktu. Isi dengan amal-amal. Ukir dengan prestasi-prestasi. Maka itu adalah jalan memuliakan diri di sisi Allah. Karena Allah tak melihat kebujanganmu, tak melirik kejomloanmu tapi memperhitungkan sebanyak apa amal takwamu.

You May Also Like

7 comments

  1. Bener ,,
    gue ngejomblo karna takut Allah,, asik

    ReplyDelete
  2. Saya masih ragu dengan "menikah adalah separuh agama". Jika ditambah kebersihan adalah sebagian dari iman. Maka sempurna sudah agama kita tanpa perlu ibadah. Kata guru agama saya dulu, yang benar itu ialah "bagian" dari agama atau iman. Bukan hadistnya yang salah tp cara penafsiran kita yang salah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Menikah memang separuh dari agama, karena banyak dari amalan-amalan Rasulullah yang tdk bisa dilakukan tanpa menikah. Bukan berarti jika kita sudah menikah maka kita sudah mendapat setengah kesempurnaan keimanan. Akan tetapi kita juga harus melakukan amalan-amalan itu.

      Kebersihan sebagian dari iman, adalah hadits dhoif (palsu).

      Delete
  3. Iya bener jadilah jomblo yang berkualitas dan jomblo karena taat pada Allah.. :-)

    ReplyDelete
    Replies
    1. haha, iya mba jadi jomblo emang harus punya kualitas dan mutu tinggi. :D

      Delete
  4. Nice posting...
    biarkan yang halal menjemput disaat yang tepat.
    ketika yang lain sibuk dengan karya produktifnnya maka alangkah sia sianya kita menggalaukan sesuatu yang menggunting aktivitas kita.

    ReplyDelete